Minggu, 09 Desember 2012

Belatung

Ketika kita mengembangkan pandangan benar dalam pikiran, kita akan tenang dimanapun kita berada. Dikarenakan kita masih memiliki pandangan salah, masih melekat pada buah-buah pikiran yang beracun, maka kita akan tidak tenang.

Melekat pada pandangan yang salah adalah seperti menjadi seekor belatung.Dimana belatung tersebut tinggal adalah tempat yang sangat kotor; makanannya sangat kotor.Itu adalah makanan yang tidak cocok untuk menjadi makanan tetapi terlihat bahwa makanan tersebut sesuai dengan selera si belatung. Cobalah ambil sebatang tongkat dan sentil belatung tersebut menjauh dari kotoran dimana dia makan, dan lihat apa yang terjadi.

Belatung tersebut akan bergerak dan menggeliat, mencoba untuk kembali kepada tumpukan kotoran awalnya ia berada. Hanya ketika sudah sampai maka belatung itu akan merasa puas. Sama halnya juga dengan kamu, para bhikkhu dan samanera. Kamu masih memiliki pandangan-pandangan yang salah. Para guru datang dan menasehati kamu bagaimana caranya untuk memiliki pandangan benar, tetapi hal itu terasa tidak benar bagi dirimu. Kamu terus berlari kembali ke tumpukan kotoranmu.

Pandangan benar tidak terasa cocok karena kamu telah terbiasa dengan tumpukan kotoran lamamu. Selama si belatung tidak menyadari keadaan menjijikkan tempat dimana dia tinggal, ia tidak akan bisa keluar. Sama halnya dengan kita. Selama kita tidak melihat kekurangan dari pandangan-pandangan salah tersebut, kita tidak akan bisa lepas dari mereka. Mereka membuat kita menjadi sulit untuk mempraktekkan Dhamma
- Perumpamaan Dhamma Oleh Ajahn Chah -

"Sabbe satta bhavantu sukhitatta"
สัพเพ สัต ตา ภะ วัน ตุ สุขิตัต ตา



Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar