Minggu, 05 April 2015

Masihkah dia mencintaiku

~Masihkah dia mencintaiku?~

Hari ini saya ingin berbagi sebuah pembelajaran dari salah satu pengalaman di ruang terapi yang dibagikan dengan sangat indah oleh guru kami, Ibu Kristin. Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan dalam kehidupan sahabat.

Dua minggu yang lalu seorang ibu berusia 65 tahun datang bersama anak perempuannya. Dia datang dengan keluhan rasa cemas yang berlebihan dan juga mengalami gangguan tidur. Saya menghabiskan waktu dua jam untuk menggali data darinya, kira-kira apa yang menjadi sumber masalah dari kecemasannya. Dan saya tidak mendapatkan informasi apa pun yang cukup berarti. Selama proses konseling dan terapi emosinya hanya datar saja. Akhirnya sesi tersebut saya akhiri dengan memberikan beberapa tips yang aplikatif untuk bisa dilakukan. 

Saat ibu tersebut hendak pamit pulang, ternyata dia dijeput oleh suaminya. Kami ngobrol sebentar untuk sekedar menyampaikan apa yang keluarga bisa lakukan untuk mendukung proses penyembuhan ibu tersebut. Lalu suaminya menanyakan apa yang bisa dia lakukan sebagai suami untuk mendukungnya? Saya hanya menyampaikan bahwa yang paling dibutuhkan oleh si ibu saat ini adalah disayang suami. Saya menyarankan agar suaminya mulai mengajaknya keluar hanya berdua saja, kalau berjalan menggandeng tangannya, kalau duduk merangkul bahunya. Tanpa aba-aba ternyata apa yang saya sampaikan kepada suaminya membuat si ibu menangis. Saya berikan waktu untuk dia mengekspresikan emosinya sebelum menanyakan apa emosi di balik tangisan itu. Si ibu menangis hingga sesungukkan.

Setelah reda, baru saya tanyakan pikiran apa yang muncul sehingga dia menangis. Dia mengatakan bahwa saran saya untuk suaminya mengingatkan dia pada suatu hal yang selama ini dia pendam. Dia mengatakan bahwa dulu saat pacaran, suaminya mengejar2 dia. Dia senang sekali diperlakukan seperti itu. Dia merasa dicintai dan dihargai. Tapi sejak menikah, dialah yang mengejar2 suami. Seolah suami selalu berjalan di depan dan dia berjalan di belakang suaminya
Sehingga saran berjalan sambil bergandengan tangan (baca: berjalan berdampingan) telah menyentuh hal yang paling yang dia inginkan namun tidak pernah terungkapkan. Hal ini membuatnya terus-menerus bertanya, "Apakah dia masih mencintaiku?" Karena bagi si ibu, syarat dia merasa dicintai adalah ketika orang tersebut adalah ketika mereka bisa berjalan berdampingan, saling menghormati..

Mendengar hal itu, suami si ibu langsung mengatakan, "Ya ampun Ma… Saya masih sayang sama Mama. Saya masih cinta sama Mama." Sambil dia menggenggam tangan istrinya. Si ibu semakin menjadi tangisnya, tapi kali ini bukan karena teringat akan kepahitannya tapi karena bahagia!

Kapan terakhir kali Anda menyatakan bahwa Anda masih mencintai pasangan Anda? Dengan cara apa? Dan apakah dia memahaminya sebagai ungkapan cinta?

Cinta bukan hanya tentang perasaan saja, tapi juga tentang bagaimana menyatakannya.

Mari mencintai dengan benar!"

"Love Is Not About Finding The Right Person, But Creating A Right Relationship. It's Not About How Much Love You Have In The Beginning. But How Much Love You Build Till The End" ( Cinta bukanlah tentang menemukan orang yang tepat, melainkan menciptakan hubungan yang tepat. Bukan seberapa banyak cinta yang anda miliki pada awalnya. Melainkan berapa banyak cinta yang anda bangun hingga akhirnya ) ~ Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar