Rabu, 08 April 2015

Keras kepala

Softener

"Bu Kristin, bagaimana caranya mengubah orang yang keras kepala?" Pertanyaan seperti sangat sering ditanyakan kepada saya. Terutama saat seminar singkat.

Jawaban saya selalu konsisten, "Oh gampang, tuangkan 50 ml softener ke dalam seember air. Lalu rendamlah selama 15 menit. Niscaya selain menjadi lembut juga pasti lebih wangi. "

Dan biasanya jawaban itu disambut tawa riuh oleh peserta lain tapi disambut dengan wajah kecut bagi si penanya. Agar wajahnya kembali menyungging senyum saya memberikan penjelasan lanjutan, seperti ini.

Sebelum kita mengubah sifat keras kepala orang lain, mari kita membuat kesepakatan bersama atas apa yang diartikan sebagai keras kepala. Bagaimana jika saya menerjemahkan keras kepala sebagai sebuah prilaku orang lain yang dilakukan secara konsisten dan sayangnya tidak sesuai dengan apa yang kita pandang benar menurut kita. Sampai di sini Anda setuju dengan saya? Jika Anda setuju lanjutkan membaca, jika tidak setuju Anda tetap harus melanjutkan membaca. 

Ada dua komponen penting dalam uraian tentang keras kepala di atas, yang pertama adalah prilaku konsisten orang lain, yang kedua adalah tentang apa yang kita anggap benar.

Hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah mengubah diri sendiri, selalu begitu. Maka dalam situasi ini ubahlah apa yang kita anggap benar. Coba cari sudut pandang lain. Apakah memang benar atau dianggap benar? Saya ingat dengan makna benar dan nyata yang disampaikan oleh Daniel Gilbert seorang profesor psychology di Harvard University, "Reality is what you believe. What you believe is what you think. And what you think is up to you." Jadi jika Anda ingin mengubah apa yang Anda anggap benar dan nyata bagi Anda, maka itu semudah mengubah apa yang Anda pikirkan.

Kenapa saya mendorong untuk mengubah sudut pandang Anda sendiri untuk mengatasi hal ini? Saya uraikan dalam penjelasan berikut.

Sebuah prilaku tidak muncul begitu saja. Melainkan sebagai hasil akhir dari berbagai proses. Ketika ditelusuri pasti ada peristiwa awal yang berfungsi sebagai pencetus muscular prilaku. Peristiwa ini disebut sebagai akar masalah. Sebelum dilakukan sebuah intervensi kepada akar masalah ini, maka hampir bisa dipastikan akan sulit untuk meniadakan sebuah prilaku yang sudah berubah menjadi kebiasaan.

Uraian di atas bisa disimpulkan bahwa prilaku seseorang dipengaruhi oleh kualitas masa lalunya. Untuk itu sebaiknya kita tidak menghakimi seseorang begitu saja tanpa mengetahui masa lalunya. Karena bisa saja jika kita memiliki masa lalu yang sama dengannya maka kita juga akan memiliki prilaku yang sama pula.

"Don't judge people before you know their past." ~ Kristin Liu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar