Senin, 16 November 2015

Suatu ketika dalam menyajikan dan minum teh...

MINUM TEH dalam keheningan

Satu Jalan Lurus yang tidak ekstrim. Jalan Tengah yang seimbang.

Sila atau pengendalian diri ibarat menunggu daun teh mengendap.

Pikiran kita kacau, berlari kian kemari mencari objek menyenangkan melalui pemuasan indria ini. Biarkan pikiran mengendap melalui pengendalian diri.

Konsentrasi (samadhi) ibarat menunggu minuman teh itu tidak terlalu panas sehingga baru bisa diminum. Jika teh dalam kondisi panas akan melukai lidah. Selain itu, kita tidak mampu mengetahui rasanya dengan jelas.

Begitulah samadhi mendinginkan batin yang panas karena terbakar nafsu.

Kebijaksanaan (Panna) ibaratnya tidak membiarkan teh tersebut terlalu dingin untuk diminum. Karena, jika minuman teh itu terlalu dingin, rasanya tidak begitu nikmat jika dibandingkan saat disajikan dalam keadaan hangat. Saat teh itu tidak terlalu panas ataupun dingin, disanalah saat yang tepat untuk meminumnya. Dan disanalah memungkinkan penembusan Dharma (tidak terlena akan dua jenis kebahagiaan, yaitu kesenangan indria yang bersifat panas maupun kebahagiaan jhana yg bersifat dingin, serta tidak melakukan praktik menyiksa diri yang tidak membawa manfaat).

Kebijaksanaan (Panna) meningkat jika kedua hal di atas (sila dan samadhi) telah terpenuhi sehingga kita tahu dengan jelas rasa dari teh tersebut. Pengetahuan dari kebijaksanaan menembus segala fenomena, mengetahui sebagaimana apa adanya.

Rasa dari teh itu pun akan berlalu... Hanya sekedar mengetahui. Demikianlah fenomena dharma tak layak dilekati...